Minggu, 30 Mei 2010

Renungan Indah

Renungan indah

Seringkali aku berkata
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titpan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titpan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titpan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titpan-Nya
Tapi mengapa Akua tak pernah bertanya :
Mengapa dia menitipkan padaku?
Untuk apa dia menitipkan padaku ?
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru merasa berat,
Ketika titipan itu diminta kembali olehnya?
Ketika diminta kembali kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian
Kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu dengan panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta
Aku ingin lebih banyak mobil
Lebih banyak popularitas dan kutolak sakit
Kutolak kemiskinan
Seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika :
Aku rajin beribadah, maka selayaknya derita menjauh dariku
Dan nikmat dunia kerap mendatangiku
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang…
Dan bukan kekasih
Kuminta dia membalas “perlakuan baikku”
Dan menolak keputusannya yang tak sesuai keiginanku
Gusti, padahal tiap hari aku ucapkan
Hidup dan matiku hanya untuk beribadah
Ketika lagit dan bumi bersatu
Bencana dan keberuntungan sama saja….

WS Rendra (7 November 1935 – 6 agustus 2009)