Sejak mengenalmu Wahai sahabatQu...
Sejak itulah Persaudaraan Qt terjalin...
Sejak mengenalmu Wahai sahabatQu...
Sejak itulah Qu merasakan Persaudaraan...
Dengan mengenalmu wahai sahabatQu..
Banyak Pelajaran yang Begitu Berarti...
Dengan mengenalmu wahai sahabtQu...
Ku menemukan banyak'y Faidah dan Manfaat...
Dengan mengenalmu wahai sahabatQu...
Banyak Hikmah dan Pelajaran yang Qu Alami..
Dakwah dan Do'a yang selalu di sampaikan...
yang Qu dapatkan darimu wahai sahabatQu...
Senang, bahagia, rindu dan kangen..
bangga serta kagum menyelimuti Hati ini Padamu
wahai sahabatQu...
Semoga Rasa Ini datang'y dari Rahmat Allah
Yang Kuasa Membolak Balikan Hati Hamba'y...
Rembulan pun bersinar dengan Terangnya...
Bunga-Bunga telah bermekaran melalui Kekuasaan-Nya...
Burung-burung pun berkicau
mengiringi Sejuk'y Embun di Pagi Hari...
Angin Pun telah menghembuskan kesejukan di Pagi Hari...
Kebahagiaan yang sangat dirasakan Begitu Besar...
Sungguh Besar nikmat yang Engkau Berikan Ya Allah.
Yang tak bisa terungkapkan melalui Hati dan Lisan Ini
Maha Suci Engkau Ya Allah Yang Menciptak'y.
Alhamdulillahhirobbil 'alamin.
***************************
Karena sahabatmu ini sangat menyayangimu karena Allah
dan berharap kelak bertemu denganmu di surga-Nya.
Semoga Qt dipertemukan di dalam Jannah-Nya.
Semoga Qt saling mencintai hanya karena Allah
Semoga Allah senantiasa mempertautkan Qt
dalam Iman dan ketakwaan...
Hanya kepada Allah tempat Qt Memohon...
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Keep Istiqamah n Smile ^_^
Minggu, 08 Agustus 2010
Minggu, 30 Mei 2010
Renungan Indah
Renungan indah
Seringkali aku berkata
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titpan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titpan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titpan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titpan-Nya
Tapi mengapa Akua tak pernah bertanya :
Mengapa dia menitipkan padaku?
Untuk apa dia menitipkan padaku ?
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru merasa berat,
Ketika titipan itu diminta kembali olehnya?
Ketika diminta kembali kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian
Kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu dengan panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta
Aku ingin lebih banyak mobil
Lebih banyak popularitas dan kutolak sakit
Kutolak kemiskinan
Seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika :
Aku rajin beribadah, maka selayaknya derita menjauh dariku
Dan nikmat dunia kerap mendatangiku
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang…
Dan bukan kekasih
Kuminta dia membalas “perlakuan baikku”
Dan menolak keputusannya yang tak sesuai keiginanku
Gusti, padahal tiap hari aku ucapkan
Hidup dan matiku hanya untuk beribadah
Ketika lagit dan bumi bersatu
Bencana dan keberuntungan sama saja….
WS Rendra (7 November 1935 – 6 agustus 2009)
Seringkali aku berkata
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titpan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titpan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titpan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titpan-Nya
Tapi mengapa Akua tak pernah bertanya :
Mengapa dia menitipkan padaku?
Untuk apa dia menitipkan padaku ?
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru merasa berat,
Ketika titipan itu diminta kembali olehnya?
Ketika diminta kembali kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian
Kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu dengan panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta
Aku ingin lebih banyak mobil
Lebih banyak popularitas dan kutolak sakit
Kutolak kemiskinan
Seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika :
Aku rajin beribadah, maka selayaknya derita menjauh dariku
Dan nikmat dunia kerap mendatangiku
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang…
Dan bukan kekasih
Kuminta dia membalas “perlakuan baikku”
Dan menolak keputusannya yang tak sesuai keiginanku
Gusti, padahal tiap hari aku ucapkan
Hidup dan matiku hanya untuk beribadah
Ketika lagit dan bumi bersatu
Bencana dan keberuntungan sama saja….
WS Rendra (7 November 1935 – 6 agustus 2009)
Selasa, 20 April 2010
Mindset Orang Tua Terhadap Masa Depan Anak
Masih melekat di dalam pikiran saya sebuah keyakinan yang begitu hebat yang pernah dilontarkan oleh ibu saya empat puluhan tahun yang lalu. Sebuah keyakinan yang mengobarkan energi positif terhadap diri beliau yang kemudian saya rekam dalam pikiran bawah sadar saya sebagai salah satu warisan yang sangat berharga sekaligus sebagai ilmu dari sekolah kehidupan. Salah satu nasehat yang mengandung makna dan keyakinan yng sangat dalam yang pernah beliau sampaikan kepada kami kurang lebihnya berbunyi demikian : “Pokoke kowe kabeh kudu pada sekolah. Senajan wong tuamu wong sing ora duwe, tapi Gusti Allah sugih. Aku yakin kowe kabeh bisa sekolah. Aku ora kepengin anak-anakku ngemben pada sengsara uripe”. (Pokoknya kamu semua harus tetap sekolah. Walaupun orang tuamu orang yang tidak punya, tetapi Allah SWT Maha Kaya sehingga saya yakin kalian semua bisa sekolah. Saya tidak ingin anak-anakku hidup sengsara).
Tentunya bentuk keyakinan diatas beliau lontarkan tidak didorong oleh sekedar komitmen tanpa dasar. Ada semacam emosi positif yang membakar tekad di dalam dirinya. Tekad yang terhimpun di dalam pikiran super (super mind) melalui sebuah proses perpaduan antara beberapa unsur kepentingan, seperti rasa kasih sayang kepada anak, rasa ingin membahagiakan anak, dan keinginan agar anak-anaknya hidup sukses. Unsur-unsur kepentingan tersebut kemudian bereaksi dengan nilai-nilai spiritual sehingga tersimpul dalam sebuah keyakinan.
Keyakinan merupakan keadaan pikiran yang bisa dirangsang atau diciptakan oleh perintah peneguhan secara terus menerus sampai meresap ke dalam pikiran bawah sadar. Keyakinan adalah sebuah keadaan pikiran yang bisa dikembangakan sesuai dengan kemauan kita, melalui cara pengulangan perintah kepada pikiran bawah sadar dengan segenap perasaan emosi positif, sehingga pikiran bawah sadar akan menerimanya dan digunakan sebagai landasan tindakan untuk menjadikannya sebuah kenyataan (Wuryanano : 2004).
Keyakinan akan memberikan kehidupan, kekuatan, dan tindakan kepada impuls pemikiran kita. Keyakinan akan memberikan kekuatan untuk mengubah getaran pemikiran biasa, dari pikiran manusia yang serba terbatas menjadi suatu padanan spiritual yang bersifat tanpa batas.
Pemikiran spiritual tanpa batas muncul ketika terjadi dominasi suara Tuhan yang melekat di hati seseorang. Adapun suara Tuhan dihasilkan dari hasil meditasi melalui pengamalan-pengamalan yang berkaitan dengan proses pendekatan diri kepadaNya. Proses yang mengarah kepada upaya pendekatan diri kepada Tuhan itulah yang akan membentuk keyakinan seseorang. Pada gilirannya keyakinan tersebut akan berjalan sinergis dengan prinsip hidup.
Contoh yang saya ilustrasikan tentang keyakinan dan prinsip hidup ibu saya diatas merupakan salah satu dari sekian banyak prinsip hidup dan keyakinan yang dimiliki oleh orang-orang pada umumnya termasuk mungkin diri Anda.
Ada satu sisi yang sangat penting Anda sikapi dalam memegang teguh prinsip hidup Anda yaitu visi hidup yang didasarkan atas prinsip-prinsip kebenaran. Dengan kecerdasan spiritual (spiritual Quotient) yang Anda miliki, Anda harus bisa menentukan prinsip hidup yang sesuai dengan fitrah manusia, yaitu fitrah kebenaran, fitrah yang didukung penuh oleh ridlo Tuhan yang bisa membawa diri dan keluarga menuju ke arah kebahagiaan hakiki, serta memberikan kemanfaatan bagi orang lain. Prinsip hidup semacam ini harus menjadi pijakan dasar untuk menentukan kebijakan dalam menentukan sikap hidup.
Prinsip hidup yang bersumber dari sesuatu yang tidak fitrah umumnya akan berakhir dengan kegagalan, baik kegagalan lahiriah maupun kegagalan batiniyah. Dunia telah membuktikan bahwa prinsip hidup yang bertentangan dengan suara hati, terbukti hanya mengakibatkan kesengsaraan atau bahkan kehancuran. Terlebih di jaman modern sekarang ini. The power of visi hidup, prinsip hidup, dan sikap hidup yang didasarkan pada nilai spiritual harus benar-benar dipegang teguh demi untuk mencapai tujuan hidup jangka panjang.
Mengarahkan masa depan anak merupakan salah satu bentuk pencapaian tujuan jangka panjang. Bagaimana bentuk masa depan anak di masa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh visi, prinsip, dan sikap hidup orang tuanya. Orang tua harus jeli dalam menyeting masa depan anak. Hindari cara-cara yang dewasa ini sering menjangkiti kehidupan manusia-manusia modern yaitu adanya kecenderungan manusia tertarik kepada hal-hal yang serba instant. Ingin memperoleh kekayaan dengan cepat, ingin meraih popularitas dengan cepat, meraih kekuasaan dengan mudah dan cepat, dan lain sebagainya.
Apabila konsep ini diperkenalkan dan dipertontonkan kepada anak dalam usahanya meraih masa depan, maka akan berakibat pada pembentukan pribadi yang rapuh. Mereka akan hidup tanpa digerakkan oleh visi hidup yang agung yang berorientasi pada nilai-nilai spiritual bagi kehidupan yang jauh ke depan. Mereka bagaikan akan mengarungi lautan luas tetapi tidak mengenal ke mana seharusnya perahu diarahkan. Mereka nantinya tidak memiliki daya atau powerless dalam bekerja dan tidak memiliki semangat juang yang tinggi dalam berusaha.
Fenomena diatas tentunya pada saatnya nanti akan menjadi sebuah realita yang tidak kita harapkan. Semua orang tua sudah barang tentu mendambakan anak-anaknya tumbuh menjadi manusia yang tangguh, sholeh/sholehah, memiliki prinsip-prinsip kebenaran yang kokoh, serta sukses dunia akherat. Jalan menuju masa depan atau cita-cita anak terbuka lebar. Walaupun kerapkali terhalang oleh tembok yang begitu kuat, namun dengan keyakinan dan langkah pasti tembok-tembok tersebut akan bisa kita lewati. (***)
Tentunya bentuk keyakinan diatas beliau lontarkan tidak didorong oleh sekedar komitmen tanpa dasar. Ada semacam emosi positif yang membakar tekad di dalam dirinya. Tekad yang terhimpun di dalam pikiran super (super mind) melalui sebuah proses perpaduan antara beberapa unsur kepentingan, seperti rasa kasih sayang kepada anak, rasa ingin membahagiakan anak, dan keinginan agar anak-anaknya hidup sukses. Unsur-unsur kepentingan tersebut kemudian bereaksi dengan nilai-nilai spiritual sehingga tersimpul dalam sebuah keyakinan.
Keyakinan merupakan keadaan pikiran yang bisa dirangsang atau diciptakan oleh perintah peneguhan secara terus menerus sampai meresap ke dalam pikiran bawah sadar. Keyakinan adalah sebuah keadaan pikiran yang bisa dikembangakan sesuai dengan kemauan kita, melalui cara pengulangan perintah kepada pikiran bawah sadar dengan segenap perasaan emosi positif, sehingga pikiran bawah sadar akan menerimanya dan digunakan sebagai landasan tindakan untuk menjadikannya sebuah kenyataan (Wuryanano : 2004).
Keyakinan akan memberikan kehidupan, kekuatan, dan tindakan kepada impuls pemikiran kita. Keyakinan akan memberikan kekuatan untuk mengubah getaran pemikiran biasa, dari pikiran manusia yang serba terbatas menjadi suatu padanan spiritual yang bersifat tanpa batas.
Pemikiran spiritual tanpa batas muncul ketika terjadi dominasi suara Tuhan yang melekat di hati seseorang. Adapun suara Tuhan dihasilkan dari hasil meditasi melalui pengamalan-pengamalan yang berkaitan dengan proses pendekatan diri kepadaNya. Proses yang mengarah kepada upaya pendekatan diri kepada Tuhan itulah yang akan membentuk keyakinan seseorang. Pada gilirannya keyakinan tersebut akan berjalan sinergis dengan prinsip hidup.
Contoh yang saya ilustrasikan tentang keyakinan dan prinsip hidup ibu saya diatas merupakan salah satu dari sekian banyak prinsip hidup dan keyakinan yang dimiliki oleh orang-orang pada umumnya termasuk mungkin diri Anda.
Ada satu sisi yang sangat penting Anda sikapi dalam memegang teguh prinsip hidup Anda yaitu visi hidup yang didasarkan atas prinsip-prinsip kebenaran. Dengan kecerdasan spiritual (spiritual Quotient) yang Anda miliki, Anda harus bisa menentukan prinsip hidup yang sesuai dengan fitrah manusia, yaitu fitrah kebenaran, fitrah yang didukung penuh oleh ridlo Tuhan yang bisa membawa diri dan keluarga menuju ke arah kebahagiaan hakiki, serta memberikan kemanfaatan bagi orang lain. Prinsip hidup semacam ini harus menjadi pijakan dasar untuk menentukan kebijakan dalam menentukan sikap hidup.
Prinsip hidup yang bersumber dari sesuatu yang tidak fitrah umumnya akan berakhir dengan kegagalan, baik kegagalan lahiriah maupun kegagalan batiniyah. Dunia telah membuktikan bahwa prinsip hidup yang bertentangan dengan suara hati, terbukti hanya mengakibatkan kesengsaraan atau bahkan kehancuran. Terlebih di jaman modern sekarang ini. The power of visi hidup, prinsip hidup, dan sikap hidup yang didasarkan pada nilai spiritual harus benar-benar dipegang teguh demi untuk mencapai tujuan hidup jangka panjang.
Mengarahkan masa depan anak merupakan salah satu bentuk pencapaian tujuan jangka panjang. Bagaimana bentuk masa depan anak di masa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh visi, prinsip, dan sikap hidup orang tuanya. Orang tua harus jeli dalam menyeting masa depan anak. Hindari cara-cara yang dewasa ini sering menjangkiti kehidupan manusia-manusia modern yaitu adanya kecenderungan manusia tertarik kepada hal-hal yang serba instant. Ingin memperoleh kekayaan dengan cepat, ingin meraih popularitas dengan cepat, meraih kekuasaan dengan mudah dan cepat, dan lain sebagainya.
Apabila konsep ini diperkenalkan dan dipertontonkan kepada anak dalam usahanya meraih masa depan, maka akan berakibat pada pembentukan pribadi yang rapuh. Mereka akan hidup tanpa digerakkan oleh visi hidup yang agung yang berorientasi pada nilai-nilai spiritual bagi kehidupan yang jauh ke depan. Mereka bagaikan akan mengarungi lautan luas tetapi tidak mengenal ke mana seharusnya perahu diarahkan. Mereka nantinya tidak memiliki daya atau powerless dalam bekerja dan tidak memiliki semangat juang yang tinggi dalam berusaha.
Fenomena diatas tentunya pada saatnya nanti akan menjadi sebuah realita yang tidak kita harapkan. Semua orang tua sudah barang tentu mendambakan anak-anaknya tumbuh menjadi manusia yang tangguh, sholeh/sholehah, memiliki prinsip-prinsip kebenaran yang kokoh, serta sukses dunia akherat. Jalan menuju masa depan atau cita-cita anak terbuka lebar. Walaupun kerapkali terhalang oleh tembok yang begitu kuat, namun dengan keyakinan dan langkah pasti tembok-tembok tersebut akan bisa kita lewati. (***)
Sabtu, 27 Maret 2010
Renungan
Hidup memang penuh lika-liku. dalam mengarungi hidup sangat dibutuhkan kesabaran, kegigihan, dan kepasrahan pada sang Khalik. . .
Ketika kita mengalami musibah, kadang kita langsung berputus asa dari Rahmat-NYA,berprasangka yang bukan-bukan terhadap-NYA, dan berbuat apa saja untuk mengekspresikan rasa sedih kita. . . benarkah tindakan kita itu?
sangat disayangkan bahwa kita sebagai umat islam tidak memiliki kepasrahan pada-NYA. harusnya kita menjadi orang yang sabar dan senantiasa bertawakkal kepada-NYA. ingatlah bahwa hanya pada ALLAH segala sesuatunya bermuara. tidak ada sesuatu pun yang terjadi tanpa kehendak-NYA. mari kita menjadikan musibah sebagai washilah untuk muhasabah diri, bukan menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada kita.
kita harus meyakini bahwa apa yang terjadi adalah yang terbaik bagi kita menurut ALLAH karena ALLAH tidak pernah menzhalimi hamba-hamba-NYA. Bukankah ALLAH berfirman " Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu buruk bagimu. ALLAH Maha Mengetahui "
sebagai seorang muslim kita patut saling mengingatkan dalam kebaikan, saling menasihati dalam menetapi kesabaran . . .
Ketika kita mengalami musibah, kadang kita langsung berputus asa dari Rahmat-NYA,berprasangka yang bukan-bukan terhadap-NYA, dan berbuat apa saja untuk mengekspresikan rasa sedih kita. . . benarkah tindakan kita itu?
sangat disayangkan bahwa kita sebagai umat islam tidak memiliki kepasrahan pada-NYA. harusnya kita menjadi orang yang sabar dan senantiasa bertawakkal kepada-NYA. ingatlah bahwa hanya pada ALLAH segala sesuatunya bermuara. tidak ada sesuatu pun yang terjadi tanpa kehendak-NYA. mari kita menjadikan musibah sebagai washilah untuk muhasabah diri, bukan menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada kita.
kita harus meyakini bahwa apa yang terjadi adalah yang terbaik bagi kita menurut ALLAH karena ALLAH tidak pernah menzhalimi hamba-hamba-NYA. Bukankah ALLAH berfirman " Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu buruk bagimu. ALLAH Maha Mengetahui "
sebagai seorang muslim kita patut saling mengingatkan dalam kebaikan, saling menasihati dalam menetapi kesabaran . . .
Senin, 22 Maret 2010
Cermin Pikiran, By Mahabbah Qalbu
Cara berpikir dan kepercayaan seseorang membentuk hidup, pengalaman dan keadaan orang tersebut.
Seperti cermin, semua orang menjadi pantulan kondisi mental mereka. Mereka melihat pantulan karakter dan pikiran mereka sendiri. Sebelum menyadari sifatnya yang merupakan hasil dari cara berpikir dan kepercayaan sendiri, seseorang tetap menjadi korban keadaan.
Namun, begitu ia menyadari kebenaran ini, ia telah memulai perjalanan yang akan membebaskan dirinya dari racun niat jahat.
Keburukan orang lain tampaknya merupakan cerminan langsung sifat diri sendiri. Karena itu janganlah kita bersikap kasar dan memproyeksikan citra buruk dan kebencian diri kepada orang lain yang tak bersalah dan malang.
Marilah kita bersikap sabar dan tidak mudah mencela orang lain.
Kita hendaknya memandang segala sesuatu dengan berwawasan lebih luas dan meletakkan diri kita pada proporsi orang lain.
Cobalah pahami keadaaan yang menyebabkan timbulnya suatu peristiwa.
Menerapkan cara pandang seperti itu akan memungkinkan kita untuk menjalani hidup tanpa mengganggu kedamaian dan hubungan orang lain.
Kita tidak boleh menjadi seorang yang merugikan orang lain, terlebih kalau kita simak Rasulullah Saw. bersabda, "Muslim yang terbaik adalah muslim yang membuat muslim lainnya selamat/merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya."
Bukankah orang yang paling mulia itu adalah orang yang paling bermanfaat buat yang lainnya?
Keep Istiqamah n Smile ^_^
Seperti cermin, semua orang menjadi pantulan kondisi mental mereka. Mereka melihat pantulan karakter dan pikiran mereka sendiri. Sebelum menyadari sifatnya yang merupakan hasil dari cara berpikir dan kepercayaan sendiri, seseorang tetap menjadi korban keadaan.
Namun, begitu ia menyadari kebenaran ini, ia telah memulai perjalanan yang akan membebaskan dirinya dari racun niat jahat.
Keburukan orang lain tampaknya merupakan cerminan langsung sifat diri sendiri. Karena itu janganlah kita bersikap kasar dan memproyeksikan citra buruk dan kebencian diri kepada orang lain yang tak bersalah dan malang.
Marilah kita bersikap sabar dan tidak mudah mencela orang lain.
Kita hendaknya memandang segala sesuatu dengan berwawasan lebih luas dan meletakkan diri kita pada proporsi orang lain.
Cobalah pahami keadaaan yang menyebabkan timbulnya suatu peristiwa.
Menerapkan cara pandang seperti itu akan memungkinkan kita untuk menjalani hidup tanpa mengganggu kedamaian dan hubungan orang lain.
Kita tidak boleh menjadi seorang yang merugikan orang lain, terlebih kalau kita simak Rasulullah Saw. bersabda, "Muslim yang terbaik adalah muslim yang membuat muslim lainnya selamat/merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya."
Bukankah orang yang paling mulia itu adalah orang yang paling bermanfaat buat yang lainnya?
Keep Istiqamah n Smile ^_^
Senin, 15 Maret 2010
My Heart
Hari ini. . . semua berjalan dengan lancar, hasil yang baik. namun ada sesuatu yang tiba-tiba saja membuatku "down" seketika. jadi pengen nangis. . . sakit. . sedih. . pilu. . beginikah akhirnya? sungguh susah mengikhlaskan semua ini. . .
Selasa, 09 Maret 2010
Suatu ketika someone bertanya padaku
Suatu ketika someone bertanya padaku...
“Apakah kamu sudah punya pacar?“
Aku jawab ”Belum”
“Maukah kamu jadi pacarku?“ Ia kembali bertanya.
Aku jawab”aku tak mau pacaran”
”Kenapa tidak mau pacaran?”
“Karena pacaran adalah hal yang terlarang dalam Islam”, kataku.
”Kenapa begitu? bukankah pacaran adalah ajang perkenalan agar tidak menyesal setelah menikah, kalau menikah tanpa perkenalan bagaikan membeli kucing dalam karung dong?” Katanya mencibir keyakinanku yang tidak mau pacaran.
Aku jawab bahwa Islam tidak sesempit itu. Islam selalu menghadirkan solusi terbaik bagi setiap problematika hidup. Islam datang lengkap bersama aturannya, aturan yang sesuai fitrah manusia, memuaskan akal, dan menentramkan jiwa. Dalam Islam tidak ada pacaran, tapi taaruf…dan taaruf bukanlah semacam pacaran Islami.
Coba kita lihat apa yang dilakukan oleh orang yang berpacaran. Jalan berdua, saling berpandangan dan terkadang berpegangan tangan, saling merayu, dan lain-lain kegiatan yang menjurus pada nafsu dan syahwat. Maka, Pacaran itu adalah salah satu pintu untuk mendekati zina. Dan perintah Allah sudah begitu jelas dalam surat Al-Isra ayat 32 "dan janganlah kamu mendekati zina karena sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”,
Perintah Allah sudah begitu jelas, Dia melarang hambanya untuk hanya sekedar mendekati, hanya mendekati. Dia amat paham dengan rinci setiap kemampuan hamba-Nya.
Manusia itu adalah mahluk yang serba lemah dan tidak berdaya. Jadi, jangan pernah sombong dengan kemapuan kita menjaga diri di dalam maksiat. Berpura-pura buta dan tuli serta menutup mata dan telinga dari kebenaran. Apakah aku harus pura-pura buta dan tuli, padahal kebenaran itu telah sampai padaku. Aku tidak mau kelak di hari penghisaban amal, Allah berkata padaku dengan murka
"celakalah kamu, padahal telah datang peringatan padamu, tapi kamu malah berpaling dan mengabaikannya. Sekarang terimalah balasan atas semua kelalaian dan kesombonganmu". Aku tidak sanggup, aku tidak berani menjamin. Apalagi syetan selalu menggoda dari segala penjuru. Bagaimana mungkin iman bisa terjaga, sementara kita berada d tempat yang menjauhkan kita dari-Nya, kita melakukan hal yang melanggar syariatNya. Aku tak sanggup, aku hanya manusia biasa. Aku tak mau menggadaikan iman hanya untuk mengejar cinta sesaat. Allah...biarlah kering dua telaga beningku di dunia, asalkan aku dapat menjadi hamba yang beruntung, yakni hidup dalam keridhaan-Mu, dunia dan akhirat. Aku tak peduli dengan cibiran orang-orang padaku. Walaupun pahit dan sakitnya terasa sampai ke hati, tapi aku yakin nanti berbuah manis. ”Kalau begitu bagaimana kamu bisa menikah? Jodoh tidak turun sendiri dari langit, dan harus ada salah satu usaha untuk bisa menjemput jodoh. Kalau kamu tidak pacaran Itu berarti kamu tidak berusaha dong?” Dia kembali bertanya. Aku tidak pacaran bukan berarti aku tidak berusaha, tapi aku ingin mendapat suami dengan jalan yang diridhai-Nya. Bahkan, aku adalah gadis yang bercita-cita menikah di usia muda. Tapi, aku hanyalah manusia biasa. Percayalah pada-Nya. Aku tidak pacaran, bukan berarti aku tak mau menikah. Tapi ini adalah wujud ketaatanku dan usahaku untuk meraih ridha-Nya. Dan Sebagai usaha juga, agar nanti aku mendapat jodoh yang baik. Baik menurut pandangan-Nya.
Aku yakin dan percaya pada-Nya. Masalah jodoh sudah ada ketetapannya. Aku tidak pacaran, bukan berarti aku tidak mau menikah. Jika aku selalu menolak lelaki yang datang, bukan berarti pula aku menolak jodoh. Hal ini terjadi, karena memang belum sampai pada jodohku. Jika saatnya tiba, Allah pasti akan membukakan hatiku untuk menerima lelaki yang memang telah disiapkan Allah untukku. Dengan cara yang mungkin tidak pernah terlintas dalam pikiran ku. ”Aku mengerti kini kenapa kamu tidak pernah punya pacar dan pacaran. Tapi bagaimanakah pandanganmu tentang jatuh cinta? Apakah kamu tidak pernah jatuh cinta, sehingga kamu selalu saja menolak cinta para pria dengan berbagai alasan. ”Cinta..?
Ah bagaimana bisa aku jatuh cinta. Bagaimana bisa cinta itu hadir, sementara belum ada ijab. Bagaimana cinta bisa datang, sementara belum ada cinta dan janji yang terucap dihadapan-Nya. Ya...bagaimana bisa aku jatuh cinta, bagaimana aku bisa percaya dengan cinta seorang lelaki sementara ia tidak mengetuk hatiku dengan nama-Nya. Ya...sejak dulu, saat aku telah beranjak balig, tak ada satupun lelaki yang bisa meraih hatiku. Tak ada satupun lelaki yang mampu mengetuk pintu hatiku dengan cinta dan kesetiaannya. Berkali-kalipun mereka mengetuk dan dengan berbagai cara apapun. Tapi aku tetap tidak bergeming. Aku tidak percaya dengan cinta mereka. Aku tidak percaya. Kenapa? Karena cinta yang mereka bawa bukanlah cinta sejati. Walaupun dimata nampak bagaikan pecinta sejati. Dan aku takan pernah membiarkan hatiku tergoda apalagi terbuka untuk cinta palsu dan sementara. Maafkan aku. Sungguh aku tak bermaksud menyakiti apalagi merasa sok cantik. Tidak. Tapi, aku memang benar-benar tak sanggup untuk menerima cinta sesaat. Walaupun aku begitu tersanjung dengan cinta mereka dan terkadang juga aku begitu simpati dengan mereka. Tapi, Aku tak pernah peduli dengan perasaanku yang menggelora, sungguh aku tak peduli sakitnya hati karena cinta bertepuk sebelah tangan. Aku lebih memilih memendam cintaku, dan menitipkan semua perasaanku kepada Sang empunya cinta. Jika saatnya tiba, saat seorang lelaki datang mengetuk hatiku dengan nama-Nya. Membawa cinta-Nya dan mengikatku dalam rangkaian khitbah dan akad nikah, maka saat itulah aku akan percaya dengan cinta seorang lelaki, dan aku akan membuka lebar-lebar hatiku untuk cintanya, ya...saat itulah aku akan merasakan bagaimana indahnya jatuh cinta. Jatuh cinta yang sesungguhnya. Jatuh cinta dengan seorang yang sudah dihalalkan Allah untuk diriku. Jatuh cinta dengan jodohku. Jatuh cinta kepada suamiku. Cinta yang terlahir karena mengharap ridha-Nya, cinta yang sesungguhnya, cinta yang suci, cinta yang hakiki, cinta yang sejati, cinta yang telah didoakan oleh sepuluh ribu malaikat penghuni langit dan bumi. Cinta yang akan menuai banyak pahala dan berkah-Nya sepanjang masa. Cintanya sepasang pengantin yang telah diridhai oleh Tuhannya. Maka nikmat tuhan-Mu yang manakah yang kamu dustakan?
“Apakah kamu sudah punya pacar?“
Aku jawab ”Belum”
“Maukah kamu jadi pacarku?“ Ia kembali bertanya.
Aku jawab”aku tak mau pacaran”
”Kenapa tidak mau pacaran?”
“Karena pacaran adalah hal yang terlarang dalam Islam”, kataku.
”Kenapa begitu? bukankah pacaran adalah ajang perkenalan agar tidak menyesal setelah menikah, kalau menikah tanpa perkenalan bagaikan membeli kucing dalam karung dong?” Katanya mencibir keyakinanku yang tidak mau pacaran.
Aku jawab bahwa Islam tidak sesempit itu. Islam selalu menghadirkan solusi terbaik bagi setiap problematika hidup. Islam datang lengkap bersama aturannya, aturan yang sesuai fitrah manusia, memuaskan akal, dan menentramkan jiwa. Dalam Islam tidak ada pacaran, tapi taaruf…dan taaruf bukanlah semacam pacaran Islami.
Coba kita lihat apa yang dilakukan oleh orang yang berpacaran. Jalan berdua, saling berpandangan dan terkadang berpegangan tangan, saling merayu, dan lain-lain kegiatan yang menjurus pada nafsu dan syahwat. Maka, Pacaran itu adalah salah satu pintu untuk mendekati zina. Dan perintah Allah sudah begitu jelas dalam surat Al-Isra ayat 32 "dan janganlah kamu mendekati zina karena sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”,
Perintah Allah sudah begitu jelas, Dia melarang hambanya untuk hanya sekedar mendekati, hanya mendekati. Dia amat paham dengan rinci setiap kemampuan hamba-Nya.
Manusia itu adalah mahluk yang serba lemah dan tidak berdaya. Jadi, jangan pernah sombong dengan kemapuan kita menjaga diri di dalam maksiat. Berpura-pura buta dan tuli serta menutup mata dan telinga dari kebenaran. Apakah aku harus pura-pura buta dan tuli, padahal kebenaran itu telah sampai padaku. Aku tidak mau kelak di hari penghisaban amal, Allah berkata padaku dengan murka
"celakalah kamu, padahal telah datang peringatan padamu, tapi kamu malah berpaling dan mengabaikannya. Sekarang terimalah balasan atas semua kelalaian dan kesombonganmu". Aku tidak sanggup, aku tidak berani menjamin. Apalagi syetan selalu menggoda dari segala penjuru. Bagaimana mungkin iman bisa terjaga, sementara kita berada d tempat yang menjauhkan kita dari-Nya, kita melakukan hal yang melanggar syariatNya. Aku tak sanggup, aku hanya manusia biasa. Aku tak mau menggadaikan iman hanya untuk mengejar cinta sesaat. Allah...biarlah kering dua telaga beningku di dunia, asalkan aku dapat menjadi hamba yang beruntung, yakni hidup dalam keridhaan-Mu, dunia dan akhirat. Aku tak peduli dengan cibiran orang-orang padaku. Walaupun pahit dan sakitnya terasa sampai ke hati, tapi aku yakin nanti berbuah manis. ”Kalau begitu bagaimana kamu bisa menikah? Jodoh tidak turun sendiri dari langit, dan harus ada salah satu usaha untuk bisa menjemput jodoh. Kalau kamu tidak pacaran Itu berarti kamu tidak berusaha dong?” Dia kembali bertanya. Aku tidak pacaran bukan berarti aku tidak berusaha, tapi aku ingin mendapat suami dengan jalan yang diridhai-Nya. Bahkan, aku adalah gadis yang bercita-cita menikah di usia muda. Tapi, aku hanyalah manusia biasa. Percayalah pada-Nya. Aku tidak pacaran, bukan berarti aku tak mau menikah. Tapi ini adalah wujud ketaatanku dan usahaku untuk meraih ridha-Nya. Dan Sebagai usaha juga, agar nanti aku mendapat jodoh yang baik. Baik menurut pandangan-Nya.
Aku yakin dan percaya pada-Nya. Masalah jodoh sudah ada ketetapannya. Aku tidak pacaran, bukan berarti aku tidak mau menikah. Jika aku selalu menolak lelaki yang datang, bukan berarti pula aku menolak jodoh. Hal ini terjadi, karena memang belum sampai pada jodohku. Jika saatnya tiba, Allah pasti akan membukakan hatiku untuk menerima lelaki yang memang telah disiapkan Allah untukku. Dengan cara yang mungkin tidak pernah terlintas dalam pikiran ku. ”Aku mengerti kini kenapa kamu tidak pernah punya pacar dan pacaran. Tapi bagaimanakah pandanganmu tentang jatuh cinta? Apakah kamu tidak pernah jatuh cinta, sehingga kamu selalu saja menolak cinta para pria dengan berbagai alasan. ”Cinta..?
Ah bagaimana bisa aku jatuh cinta. Bagaimana bisa cinta itu hadir, sementara belum ada ijab. Bagaimana cinta bisa datang, sementara belum ada cinta dan janji yang terucap dihadapan-Nya. Ya...bagaimana bisa aku jatuh cinta, bagaimana aku bisa percaya dengan cinta seorang lelaki sementara ia tidak mengetuk hatiku dengan nama-Nya. Ya...sejak dulu, saat aku telah beranjak balig, tak ada satupun lelaki yang bisa meraih hatiku. Tak ada satupun lelaki yang mampu mengetuk pintu hatiku dengan cinta dan kesetiaannya. Berkali-kalipun mereka mengetuk dan dengan berbagai cara apapun. Tapi aku tetap tidak bergeming. Aku tidak percaya dengan cinta mereka. Aku tidak percaya. Kenapa? Karena cinta yang mereka bawa bukanlah cinta sejati. Walaupun dimata nampak bagaikan pecinta sejati. Dan aku takan pernah membiarkan hatiku tergoda apalagi terbuka untuk cinta palsu dan sementara. Maafkan aku. Sungguh aku tak bermaksud menyakiti apalagi merasa sok cantik. Tidak. Tapi, aku memang benar-benar tak sanggup untuk menerima cinta sesaat. Walaupun aku begitu tersanjung dengan cinta mereka dan terkadang juga aku begitu simpati dengan mereka. Tapi, Aku tak pernah peduli dengan perasaanku yang menggelora, sungguh aku tak peduli sakitnya hati karena cinta bertepuk sebelah tangan. Aku lebih memilih memendam cintaku, dan menitipkan semua perasaanku kepada Sang empunya cinta. Jika saatnya tiba, saat seorang lelaki datang mengetuk hatiku dengan nama-Nya. Membawa cinta-Nya dan mengikatku dalam rangkaian khitbah dan akad nikah, maka saat itulah aku akan percaya dengan cinta seorang lelaki, dan aku akan membuka lebar-lebar hatiku untuk cintanya, ya...saat itulah aku akan merasakan bagaimana indahnya jatuh cinta. Jatuh cinta yang sesungguhnya. Jatuh cinta dengan seorang yang sudah dihalalkan Allah untuk diriku. Jatuh cinta dengan jodohku. Jatuh cinta kepada suamiku. Cinta yang terlahir karena mengharap ridha-Nya, cinta yang sesungguhnya, cinta yang suci, cinta yang hakiki, cinta yang sejati, cinta yang telah didoakan oleh sepuluh ribu malaikat penghuni langit dan bumi. Cinta yang akan menuai banyak pahala dan berkah-Nya sepanjang masa. Cintanya sepasang pengantin yang telah diridhai oleh Tuhannya. Maka nikmat tuhan-Mu yang manakah yang kamu dustakan?
Langganan:
Postingan (Atom)